doc/google
Hari ini dunia menggantungkan kata “hak”
di langit-langit ruang sidang dan layar kaca
di podium-podium tinggi yang berlapis janji
di spanduk-spanduk yang berkibar lalu dilupakan
10 Desember…
tanggal yang konon milik semua manusia
namun di tanah yang jauh dari panggung dunia
kami masih menghitung luka sebagai hari
Kami lahir bukan untuk ditindas
bukan untuk dibungkam
bukan untuk belajar takut pada hidup
tetapi kenyataannya:
kami tumbuh dengan bayang-bayang senjata
dengan sunyi yang dipaksa diam
dengan pertanyaan yang tak pernah diberi jawaban
Kami berjalan di jalan yang seharusnya aman
namun langkah kami diawasi
kami bicara pelan bukan karena sopan
tapi karena takut suara kami dianggap ancaman
Hak hidup seharusnya sederhana
hanya bernapas tanpa cemas
hanya pulang tanpa rasa dikejar
hanya bermimpi tanpa dianggap bersalah
Namun bagi kami
hak menjadi barang langka
ditulis indah dalam kertas hukum
namun hilang dalam kenyataan
Hari ini mereka berkata:
“Semua manusia setara.”
Kami membaca kalimat itu berulang-ulang
seperti mencari diri kami
di antara barisan kata yang telah pudar makna
Kami adalah manusia
Bukan bayangan
Bukan sasaran
Bukan angka
Kami punya nama
punya ibu yang menunggu kami pulang
punya ayah yang berharap esok lebih baik
punya anak-anak yang berhak tumbuh tanpa trauma
Wahai dunia
jangan hanya ingat kami hari ini
Jangan hanya sebut kami saat upacara
Jangan hanya tangisi kami lewat pidato panjang
Datanglah juga saat malam kami sunyi
saat pintu kami digedor
saat langkah-langkah berat mendekat ke rumah kami
Kami tidak meminta keistimewaan
kami hanya menagih apa yang sejak lahir
seharusnya menjadi milik kami:
hak untuk hidup
hak untuk didengar
hak untuk dilindungi
hak untuk diperlakukan sebagai manusia
Jika 10 Desember hanyalah seremoni
maka luka kami akan terus hidup
dan jika hari ini benar berarti
biarlah keadilan tak lagi bersembunyi
biarlah hukum tak lagi tuli
biarlah martabat tak lagi diinjak
Dan jika dunia masih memilih diam
kami akan terus menulis dengan air mata
kami akan terus bersaksi lewat sunyi
kami akan terus percaya
meski retak
meski sakit
meski berdarah
bahwa suatu hari
hak kami tidak lagi harus ditunggu
Jember, 10 Desember 2025

0 Komentar